Jumat, 12 Juni 2009

WiMax

Interview dengan : Dede Rusnandar, Direktur Pemasaran IndosatM2
WiMAX: Masa Depan
Telekomunikasi


Kemajuan teknologi, khususnya dengan berkembangnya teknologi informasi dan Internet, beberapa tahun belakangan ini, bukan saja berdampak terhadap banyak sisi kehidupan umat manusia dan cara mereka berbisnis, melainkan juga mengubah peta dan bisnis industri telekomunikasi dunia, termasuk di Indonesia. Tantangannya, ke depan, tampaknya akan semakin sangat kompetitif, karena ditutupnya pintu monopoli dan munculnya sejumlah operator baru yang bermain di industri telekomunikasi nasional.

Lebih dari itu, perkembangan teknologi ini juga memicu tantangan baru di kalangan operator untuk juga mengembangkan layanan yang didukung oleh teknologi tersebut dan peluangnya pun terbuka lebar, tak hanya monopoli Telkom dan Indosat. Untuk mengetahui tantangan apa saja yang akan dihadapi kalangan operator dan bagaimana tren bisnis telekomunikasi ke depan, eBizzAsia berkesempatan mewawancarai, Dede Rusnandar, Direktur Pemasaran IndosatM2, di kantornya yang asri di bilangan Kebagusan, Jakarta Selatan. Berikut ini petikannya:

Bagaimana Anda melihat tren telekomunikasi ke depan?
Kalau dulu data numpang di voice, tetapi sekarang ini, sebaliknya voice yang justru numpang di data. Tetapi, sebenarnya tak hanya voice yang numpang di data, tetapi segala-galanya dari gambar, grafik, video dan sebagainya. Apalagi, dengan infrastruktur berbasis IP (Internet Protocol), sekarang ini bukan voice over data tetapi voice over IP (VoIP). Kalau over IP, formatnya menggunakan Internet Protocol. IP ini sekarang sukses dan akan mengangkat telekomunikasi ke depan. Sesuatu yang saya anggap revolusioner. Hal itu akan menguntungkan pengguna, karena ia memberikan opsi yang jauh lebih murah dan menguntungkan ketimbang si operatornya sendiri.

Mungkin Anda pernah mendengar IPv6, IP versi 6. Arti versi 6 ini sebenarnya kan memperbanyak digit, yang lama itu sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan umat manusia untuk hidup lebih enak. Untuk hidup lebih enak, ia memerlukan alamat, maka dengan dibuatnya IPv6, nantinya semua benda di dunia itu dapat diberi alamat. Bisa diberi identifikasi. Untuk apa? Nantinya untuk bisa bekerja, bisa dikendalikan oleh manusia, karena dia memiliki alamat (IP address), misalnya kulkas bisa diberi alamat.

Berarti IP ini nantinya akan sangat berperan?
Berbicara industri telekomunikasi, ke depan ini IP memang akan menjadi penentu, atau menjadi platform utama. VoIP yang sekarang kenapa masih belum bisa menyamai yang analog, karena masih ada delay. Tetapi, teknologi ini akan jalan terus, sehingga suatu saat nanti, kualitas kompresi sedemikian bagus, minimal kualitas suara itu sama dengan GSM. Kalau itu sudah terjadi, itu akan berat bagi teknologi yang sekarang di bidang telekomunikasi, apakah wireless, seluler atau CDMA untuk bersaing dengan yang namanya mobile VoIP. Mobile VoIP itu akan ada kalau sarana mobile-nya ada. Jadi, sarana Internet mobile-nya itu harus ada.

Saya bicara IP dan langsung industri telekomunikasi ke depan, saya bicara dunianya wireless. Dunia wireless kita akan dikejutkan dalam satu sampai tiga tahun lagi dimana teknologi WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) akan mengubah segala-galanya. Karena, teknologi WiMAX ini berkemampuan membawa bandwidth kapasitas besar dalam jarak jauh. Kalau itu sudah terjadi dan sudah bisa digunakan secara wireless mobility, maka ke depannya timbul apa yang namanya mobile VoIP. Mobile VoIP dengan investasi yang sangat murah dan dengan teknologi yang maju. Kualitasnya diperbaiki, investasi yang lebih rendah, otomatis biayanya pun akan murah dan itu akan menguntungkan para pengguna.

Apakah semuanya menguntungkan atau ada ancaman?
Di sisi lain dia akan menjadi ancaman, terutama terhadap bisnis telekomunikasi yang ada sekarang ini. Yang akan terancam nantinya bisnisnya para operator. Pertama, ia akan meloncati yang bersifat wireline, kabel mengkabel itu akan tergantikan. Nantinya, yang sekarang dipegang oleh incumbent, itu nggak perlu lagi. Kedua, dia akan menjadi pesaing teknologi data di GSM, yaitu 3G maupun 4G. Sedang 3G sendiri nampaknya bakal mati prematur, belum hidup sudah mati.

Apakah WiMAX sendiri sudah siap digunakan?
Untuk WiMAX, tahun 2005 sudah ada vendor yang akan mengeluarkan model fixed, jadi untuk backbone, dengan menggunakan antene dia bisa membawa 80 mega bandwidth untuk jarak sampai 80 kilometer. Jaraknya lebih point-to-point. Kemudian, tahun 2006 ada lagi yang disebut NLOS (non line off site), jadi tak perlu lagi point-to-point, yang penting nanti ada BTS-nya, sedang CPE (customer premise equipment)-nya bisa di mana saja. Misalnya, BTS-nya ada di Pasar Minggu dan kantor Anda di Kebagusan dimana perangkat penerimanya diletakkan di jendela, kemudian sambung kabel ke komputer Anda sudah bisa akses Internet. CPE-nya di mana saja asal menghadap ke luar.

Tahun 2007, nantinya ada BTS dimana CPE atau alat penerimanya bukan lagi ditaruhkan di jendela, melainkan sudah akan tersedia dalam perangkat, misalnya notebook, laptop, PDA, smartphone dan sebagainya. Kalau itu sudah terjadi berarti sinyal Internet dengan bandwidth yang besar sudah bisa ditangkap sebagaimana halnya sinyal seluler.

Konsekuensinya apa? Bandwidth yang besar bisa diterima di mana-mana, maka yang saya katakan tadi, yang sekarang menjadi primadona untuk bertelekomunikasi, suara atau VoIP yang menggunakan seluler dan CDMA, itu akan menghadapi musuh yang paling hebat. Terutama, karena bandwidth-nya besar dan dia bukan buat voice saja, mau melihat TV dan lain sebagainya bisa. Itu kira-kira tahun 2007 kalau dilihat dari roadmap-nya Intel dan Alvarion, perusahaan pembuat antene.

Bagaimana dengan implementasinya di Indonesia?
Di Indonesia, itu lebih tergantung pada pemerintah. Salah satu yang sangat krusial adalah masalah frekuensi. Karena roadmap yang mereka sepakati di WiMAX forum itu mereka akan main di tiga frekuensi, bandwidth begitu besar, maka frekuensinya dari 2 GHz sampai 11 GHz. Namun, para pabrikan yang sudah sepakat, mereka akan mengeluarkan di 3,5 GHz dulu, kemudian di 5,8 GHz, selanjutnya 2,5 GHz.

Di luar negeri 5,8 GHz itu unlicensed, di sini nggak jelas, tetapi katanya sih sudah mulai crowded juga, yang gelap-gelap. Sedang yang 3,5 GHz itu extended band dipakai oleh PSN, beberapa TV, kemudian yang 2,5 GHz sekarang ini dipakai oleh Indovision. Yang 2,4 GHz itu dunia rimba, artinya siapa saja boleh pakai. Dulu unlicensed, sekarang dipajak oleh pemerintah Rp. 2,75 juta satu tahun per satu titik. Kalau 2,4 GHz yang digunakan untuk Wi-Fi itu kan range-nya pendek, paling sekitar 45 sampai 100 meter. Kalau 2,4 GHz yang dipakai para ISP, baik licensed maupun unlicenced, itu jaraknya cukup jauh, namun karena itu sudah kayak musim layangan yang benangnya kusut ke sana kemari.

Untuk WiMAX kendalanya lebih pada frekuensi, tetapi begitu pemerintah memberikannya pada operator dia bisa mulai mengembangkan bisnis, dan bisnisnya banyak. Kalau yang point-to-point itu dibutuhkan oleh kalangan ISP atau operator untuk membawa bandwidth besar, menjadi backbone, menggantikan backbone kabel yang sekarang ini digunakan. Misalnya saya mau bawa bandwidth ke Bandung, saya cukup menggunakan tiga BTS. Nah, dengan tiga BTS saja sudah cukup, yang jaraknya sekitar 180 kilometer itu. Itu jelas lebih murah daripada saya harus menarik kabel atau serat optik dari Jakarta ke Bandung.

Apakah para operator di Indonesia juga akan mulai menerapkannya?
Di kita, infrastruktrunya masih jelek. Jadi saya analogikan, kalau saya bicara wireless Internet, wireless IP yang nantinya akan digunakan dapat untuk segala macam, voice dan lainnya. Saya ambil analogi telepon, begitu jeleknya infrastruktur kabel kita, dari dulu sampai sekarang cuma terbangun sekitar 7,5 juta, susah mau nambah karena biayanya mahal. Datang yang namanya seluler. Dalam kurun sepuluh tahun GSM yang ada sekarang ini pelanggannya sudah mencapai 25-an juta. Nah, sekarang saya bicara Internet, kabel. Kalau pun manggunakan kabel yang sekarang itu paling bisa melayani sekitar 7,5 juta, sedang kabel-kabel lainnya melayani korporasi. Bicara wireless Internet nggak beda dengan wireless telephony lewat seluler GSM. Itu nggak beda, karena teknologi yang diadop oleh wireless untuk memancarkan sinyalnya sama seperti teknologi seluler, bisa menerima pantulan, teknologinya sudah mobile.

Bagaimana strategi WiMAX?
Masing-masing sudah punya roadmap, sudah ada forumnya, GSM punya forum, WiMAX juga punya forum. Makanya maju, karena ada forum dan itu menjamin standarisasi dan delivery dari satu service. Nah, ini sudah merupakan ancaman, makanya perusahaan-perusahaan yang membuat produk GSM pagi-pagi sudah gabung ke WiMAX untuk siap-siap, Siemens dan lainnya sudah bergabung di sana.

Karena mereka melihat, sekarang ini saja belum keluar baru gembar-gembornya, mereka sudah mengatakan bahwa 3G bakal mati prematur. Di Indonesia. dia belum lahir tapi sudah mati. 3G itu kelebihannya apa sih? Kan lebih pada kemampuannya dalam membawa Internet berkapasitas 2 Mbps. Kalau WiMAX satu channel bisa membawa 80 Mbps, kalau enam channel berarti sudah membawa 6 x 80 Mbps atau 460 Mbps. Sedang 3G hanya 2 Mbps, jelas nggak makan. Karenanya, 3G mati sebelum lahir alias prematur.

Kalau fungsi telekomunikasinya, sama saja antara 3G dengan GSM. Dan, WiMAX ini akan membawa telekomunikasi masa depan, karena munculnya teknologi baru yang akan mengubah peta telekomunikasi, baik peta bisnis Internet maupun bisnis teleponi. Karena saya yakin teknologinya akan sangat maju. Begitu juga kompresinya makin bagus dan kebutuhan bandwidth-nya rendah, sehingga delay-nya semakin kecil. Bayangkan saja kalau nantinya satu kota sudah menerapkan WiMAX, yang berarti kota itu sudah memiliki jaringan Internet kapasitas besar.

Bukankah itu akan membuat saling lomba antar operator?
Ya, itu sama saja dengan awal perkembangan seluler dahulu itu. Misalnya, kalau suatu operator pertama kali menerapkannya untuk kawasan Jakarta, itu kan nggak cukup satu saja. Operator lainnya juga bisa mengembangkan WiMAX juga. Dan, perlombaan antar operator itu bakal terjadi. Persiapan ke arah situ dari setiap operator sudah mulai dilakukan, masing-masing sudah menyiapkan strateginya. Tinggal bagaimana pemerintah bisa menata frekuensinya. Jangan sampai dengan yang sudah pernah terjadi, frekuensi sudah dibagi-bagi, tahunya orangnya nggak punya uang.

Pengembangan WiMAX ini meski biayanya tak semahal seluler, tetap membutuhkan biaya. Kenapa bisa murah, karena IM2 bisa memanfaatkan BTS yang ada sekarang, misalnya yang eks Satelindo dan IM3. Satelindo yang paling banyak. Cukup dengan menempelkan perangkat di BTS dan tidak mengganggu, kalaupun harus menyewa kan tidak begitu mahal. Saya tak perlu izin lagi. Nah, kalau teknologi mobile VoIPnya sudah ada, dia akan menjadi murah bagi masyarakat. Tapi, hal itu juga berpotensi membunuh. Kalau IM2 mengembangkan bisnis itu, maka holding-nya, Bapaknya dan saudaranya yang lain bisa mati.

Kemudahan apa yang akan diperoleh dengan WiMAX?
Nanti, berinternet ria dengan kabel itu tidak bedanya dengan berteleponi menggunakan fixed line. Tetapi, perlu ada inisiatif para operator untuk membuat harga Internetnya turun supaya bisa digunakan oleh masyarakat banyak, sebagaimana telepon. Alatnya maupun layanannya juga turun. Ke depan sudah otomatis alatnya ada.

Contohnya, Nokia Communicator 9500 yang baru, itu sekarang ini mendukung triband, ada 900MHz, 1800MHz, sampai 1900 MHz, berarti itu dipakai di seluruh dunia yang mengadop GSM dan tidak perlu ganti-ganti ponsel. Juga, bisa menggunakan GPRS dan EDGE. Untuk menjembatani antara 3G dan GPRS di tengah-tengahnya ada EDGE. Nah, Nokia Communicator 9500 itu sudah dibuat untuk EDGE kompatibel. Maka, kalau ada operator yang telah mengoperasikan EDGE, transfer data kecepatan tinggi dan kapasitas besar dapat dilakukan. Ponsel ini juga telah dilengkapi kartu Wi-Fi, sehingga bisa digunakan untuk akses Internet di lingkungan hotspot, misalnya.

Ke depan, ponsel bisa digunakan baik GSM maupun CDMA. Apa dampaknya?
Nanti, pengguna cukup menggunakan satu jenis ponsel, tetapi bisa berpindah dari jaringan GSM ke CDMA, atau sebaliknya. Mau Internet tinggal pilih, bisa menggunakan GSM atau CDMA, mau yang broadband bisa menggunakan Wi-Fi atau WiMAX. Kalau sudah di jaringan WiMAX, sudah berInternet, mau bertelepon ria, nah di situ. Tinggal nanti kalau mau telepon tinggal masalah numbering, itu pun lagi-lagi tergantung pemerintah, sebagai regulatornya. Tetapi, secara teknis itu nggak jadi masalah, secara software masing-masing orang nantinya memiliki IP address, dan IP address bisa saya convert ke nomor, why not?

Bagaimana kesiapan IM2 sendiri?
Kita harusnya siap ke sana. Kalau ada yang ngomong kita drive ini lebih berdasarkan bisnis, umumnya yang hitech itu lebih didrive teknologi. Teknologi lebih mendorong, baru bisnisnya mengikuti.

Ada kemungkinan merestrukturisasi jenis layanan?
Bandwidth besar, wireless dan teknologinya makin berkembang. Yang paling simpel digunakan untuk komunikasi suara, juga broadcast video, TV secara wireless, seperti TV biasa tetapi digital.

Selain itu, kalau ditanya apa saja bisnisnya, wah banyak sekali. Apapun yang bisa dipaketkan menjadi data, aplikasi, transaksi bank dan banyak lainnya dan itu lebih dari sekadar wireless dan VoIP yang ada sekarang dipakai oleh GSM dan CDMA. IP sudah menjadi standar dunia dan sudah menjadi kesepakatan. Nanti, ATM tak perlu lagi menggunakan antene parabola, cukup antene kecil untuk menangkap sinyal. Bisa lebih cepat dan masuk ke jaringan Internet, nggak perlu lagi lewat satelit, analog atau digital, atau menggunakan converter. Itu yang saya sebut mengubah segala-galanya.•

Diperoleh dari " http://www.ebizzasia.com/"

0 komentar: